Jin adalah salah satu makhluk yang tertera jelas dalam Al Qur’an. Surah Al-Jinn (Arab: الجنّ
,”Jin”) adalah surah ke-72 dalam al-Qur’an. Surah ini tergolong surah
Makkiyah dan terdiri atas 28 ayat. Dinamakan “al-Jinn” yang berarti
“Jin” diambil dari kata “al-Jinn” yang terdapat pada ayat pertama surah
ini. Pada ayat tersebut dan ayat-ayat berikutnya diterangkan bahwa Jin
sebagai makhluk halus telah mendengar pembacaan al-Qur’an dan mereka
mengikuti ajaran al-Qur’an tersebut.
Kharaithi di dalam
kitabnya yang berjudul Hawatiful Jan (bisikan-bisikan jin)
mengetengahkan sebuah hadis yang teksnya bahwasanya ada seorang lelaki
dari kalangan Bani Tamim yang dikenal dengan nama Rafi’ bin Umair, ia
menceritakan tentang keadaannya sewaktu baru masuk Islam. Untuk itu ia
menceritakan, sesungguhnya pada suatu hari aku sedang mengadakan
perjalanan, dan sewaktu sampai di Ramal Alij telah malam, perasaan
kantuk yang sangat menguasai diriku lalu segera aku turun dari unta
kendaraanku, kemudian untaku itu kutambatkan dengan kuat.
Aku tidur, dan sebelum
tidur terlebih dahulu aku meminta perlindungan; untuk itu aku
mengatakan, ‘Aku berlindung kepada penunggu lembah ini dari gangguan
jin.’ Di dalam tidurku aku bermimpi melihat seorang laki-laki yang
membawa sebilah tombak kecil di tangannya, ia bermaksud untuk
menusukkannya ke leher untaku. Aku terbangun karena terkejut, dan aku
melihat ke kanan dan ke kiri, tetapi ternyata aku tidak melihat sesuatu
pun yang mencurigakan. Aku berkata kepada diriku sendiri, ini adalah
mimpi buruk.
Kemudian aku kembali
meneruskan tidurku, dan ternyata aku kembali melihat laki-laki itu
berbuat hal yang sama, maka aku terbangun karena terkejut. Aku lihat
untaku gelisah dan sewaktu aku menengoknya ternyata ada seorang
laki-laki muda seperti yang aku lihat di dalam mimpiku seraya membawa
tombak kecil di tangannya, dan aku lihat pula ada seorang syekh (orang
tua) yang sedang memegang tangan laki-laki itu seraya melarangnya supaya
untaku itu jangan dibunuh.
Ketika keduanya sedang
saling bertengkar, tiba-tiba muncullah tiga ekor sapi jantan liar. Lalu
orang (jin) yang tua itu berkata kepada jin yang muda, ‘Sekarang
pergilah kamu, dan ambillah mana saja yang kamu sukai dari
banteng-banteng liar itu, sebagai tebusan dan pengganti dari unta milik
manusia yang aku lindungi ini.’
Lalu jin muda itu
mengambil seekor sapi jantan (banteng) liar dan langsung pergi dari
situ, selanjutnya aku menoleh kepada jin tua itu, dan ia berkata
kepadaku, ‘Hai kamu! Apabila kamu beristirahat pada salah satu lembah,
kamu merasa takut akan keseramannya, maka katakanlah, ‘Aku berlindung
kepada Rabb Muhammad dari keseraman lembah ini.’ Jangan kamu meminta
perlindungan kepada jin siapa pun, karena sesungguhnya hal itu adalah
perkara yang batil.
Aku bertanya, ‘Siapakah
Muhammad itu?’ Ia menjawab, ‘Dia adalah nabi berkebangsaan Arab; dia
bukan dari timur dan bukan pula dari barat, dan dia diutus pada hari
Senin.’ Aku bertanya lagi, ‘Maka di manakah tempat tinggalnya?’ Ia
menjawab, ‘Di kota Yatsrib yang banyak pohon kurmanya.’ Maka segera aku
menaiki kendaraan untaku ketika waktu subuh telah lewat (matahari
terbit) dan aku pacu untaku hingga masuk ke dalam kota Madinah.
Sesampainya aku di Madinah Rasulullah saw. melihatku dan beliau langsung
menceritakan tentang perihal diriku dan apa yang telah terjadi denganku
sebelum aku menceritakan sepatah kata pun tentangnya. Dia mengajak aku
untuk masuk Islam, maka aku pun masuk Islam.”
Said bin Jubair
mengatakan, “Kami telah memastikan, bahwa berkenaan dengan dialah Allah
menurunkan firman berikut ini, ‘Dan bahwasanya ada beberapa orang
laki-laki di antara manusia meminta perlindungan kepada beberapa
laki-laki di antara jin, maka jin-jin itu menambah bagi mereka dosa dan
kesalahan.’” (Q.S. Al-Jin 6)
Khara’ithi
mengetengahkan pula hadis lainnya melalui Muqatil, sehubungan dengan
ayat ini, yaitu firman-Nya, “Dan bahwasanya, jikalau mereka tetap
berjalan lurus di atas jalan itu (agama Islam), benar-benar Kami akan
memberi minum kepada mereka air yang banyak.” (Q.S. Al-Jin 16) Muqatil
menceritakan, bahwa ayat ini diturunkan berkenaan dengan orang-orang
kafir Quraisy, yaitu sewaktu mereka tidak mendapatkan hujan selama tujuh
tahun.
===BERTEMAN DENGAN JIN===
Bersaudara dengan jin
tentu saja diperbolehkan asal tidak melanggar batas. Yang dilarang
adalah menyembah jin. Perlakukan jin sama dengan makhluk Allah SWT
dimana kita perlu menghormati eksistensinya dan kita tidak boleh berlaku
semena-mena. Bukankah kita tidak boleh merusak pohon, membunuh binatang
semau kita, berbuat jahat kepada siapapun termasuk kepada jin?
Nah, berikut amalan bertemu dan berteman dengan jin adalah:
SHOLAT SUNNAH 2 RAKAAT
AL-FATIHAH
Ketika membaca
berulang-ulang surah jin tentu akan terjadi berbagai fenomena penampakan
yang berbeda-beda. Namun lanjutkan saja membaca surah al Jin sehingga
jin benar-benar datang (bila belum datang ulangi lain waktu seterusnya),
bila jin datang maka dia akan menampakkan tanda-tanda bahkan akan
menyapa anda dan kemudian sampaikan niat anda untuk menjadikannya teman
dan ajukan syarat agar pertemanan itu berlangsung atas dasar keikhlasan
dan tidak ada syarat-syarat yang memberatkan. Bila jin mau bersahabat
dengan anda maka dia akan memberikan kunci password pemanggilan.
Misalnya: jin meminta agar anda menghentakkan kaki ke tanah sambil
memanggil namanya dan seterusnya.
TAMBAHAN: setelah anda
selesai wirid maka tiupkan ke sebuah benda (misalnya cincin) maka benda (
cincin ) tersebut akan disayangi jin.
0 komentar:
Posting Komentar